1.
Karangan
ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut
karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil
penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah,
antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel
jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan
ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah
tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau
pengkajian selanjutnya.
Tujuan karya ilmiah, antara lain:
· Sebagai wahana melatih
mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah
yang sistematis dan metodologis.
Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan
mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga
mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu
pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
Karya ilmiah yang telah ditulis itu
diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan
masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah
yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk
karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan
dari jurusannya.
Melatih keterampilan dasar untuk
melakukan penelitian.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi
penulis adalah berikut:
· Melatih untuk mengembangkan
keterampilan membaca yang efektif;
· Melatih untuk menggabungkan
hasil bacaan dari berbagai sumber;
· Mengenalkan dengan kegiatan
kepustakaan;
· Meningkatkan pengorganisasian
fakta/data secara jelas dan sistematis;
· Memperoleh kepuasan
intelektual;
· Memperluas cakrawala ilmu
pengetahuan;
· Sebagai bahan acuan/penelitian
pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
"CONTOH KARYA TULIS ILMIAH : DAMPAK
PEMANASAN GLOBAL"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya tulis dengan judul Pengaruh
Pemanasan Global Pada Kehidupan di Dunia ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar bahaya yang mengancam akibat global warming ini. Banyak sekali
orang-orang yang melakukan hal yang menyebabkan global warming, entah mereka
tidak tahu, atau mereka tahu tetapi dibiarkan saja. Karena itu penulis membuat
karya tulis ini dengan tujuan mengingatkan bahaya pemanasan global yang boleh
dibilang tidak lama lagi akan mencapai puncaknya.
Menurut penulis, pemanasan global
sudah cukup parah untuk saat ini, dan akan memperparah jika tidak ada usaha
untuk diperlambat. Sedangkan kenyataannya kita sekarang malah memperparah
keaadaan dengan cara seperti menambah jumlah emisi gas kendaraan bermotor yang
mengeluarkan banyak CO2, memakai hairspray yang mengandung aerosol, dsb.
Harapan penulis, pemanasan global bisa
dicegah se-maksimal mungkin dengan cara, salah satunya mungkin kita semua bisa
mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dan lebih memilih memakai sepeda,
karena selain berolahraga, menggunakan sepeda juga tidak menyebabkan pemanasan
global. Tetapi pada kenyataannya, hal seperti itu sangat sulit untuk
diwujudkan. Mengingat keegoisan kita sendiri yang mementingkan kepentingan
pribadinya masing-masing, misalnya tidak mau berkeringat saat sampai di
sekolah, atau bisa kepanasan saat dijalan, malah ada juga yang mungkin
berpikiran nanti tatanan rambutnya rusak jika naik sepeda. Oleh karena itu
mungkin kita harus berpikir dalam-dalam dan berusaha se-maksimal mungkin untuk
memperlambat pemanasan global, dengan cara yang tidak terlalu rumit, tetapi
berarti untuk bumi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul masalah:
1. Apakah pemanasan global itu?
2. Apakah bahaya dan pengaruh pemanasan global itu?
3. Bagaimana cara mengendalikan pemanasan global?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar kita mengetahui apa itu pemanasan
global?
2. Agar kita dapat mengetahui bahaya dan pengaruh akibat terjadinya pemanasan
global.
3. Kita sebagai manusia yang masih membutuhkan bumi ini dapat berpikir keras
cara memperlambat pemanasan global dan mengatasi kerusakan parah akibat
pemanasan global.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Agar
kita sebagai siswa terpelajar bias mengatasi dan mengetahui pemnasan gelobal
dan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
2. Bagi masyarakat
Kita sebagai masyarakat Indonesia bias
mengetagui apa itu pemanasan gelobal dan bisa menanggulangi bagaimana cara
untuk menangani dan mencega pemanasan gelobal. Sehingga kita tidak mendapat kan
kerugian dari pemanasan gelobal.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Penulis memperoleh data sebagai bahan
dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis melakukan kajian pustaka, membagikan
kuisioner,study tour ke LAPAN dan melakukan browsing internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses
peningkatan suhurata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata
global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus
tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek
rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan
ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.
Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh
projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C
(2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu
dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas
rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang
berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama
lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan
akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air
laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain
adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya
berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan
para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di
masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini
masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada,
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih
lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada.
Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan
meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas
rumah kaca.
2.2. Penyebab Utama Pemanasan Global
1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di
Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang
ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi
akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap
air,karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata
tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana
kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini
di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat
dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet
ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59
°F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca[3] (tanpanya
suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan
tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer,
pemanasan global menjadi akibatnya.
2. Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan
global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya.
Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguapke atmosfer. Karena uap
air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan
menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air.
3. Radiasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan
bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari
awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara
mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya
aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfersebaliknya efek rumah kaca
akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak
telah diamati sejak tahun 1960,[8]yang
tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan
saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun
1970-an.) Fenomena radiasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga
tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[9][10]
Ada beberapa hasil penelitian yang
menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan
global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin
telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global
selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott
dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini
membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan
dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari
debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian,
mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim
terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
2.3. Dampak Pemanasan Global
Para ilmuan menggunakan model komputer
dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari
pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat
beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadapcuaca, tinggi
permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan
kesehatan manusia.
1. Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama
pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern
Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es
yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan
di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan
lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.
Temperatur padamusim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih
lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum
begitu yakin apakahkelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap
airmerupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih
cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering
dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang
berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan
air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi,
beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi
tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Tinggi muka laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut
diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Saat atmosfer
menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya
akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC
memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan
menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerahBangladesh, dan
banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang
akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang
sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin
mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka
laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan
menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa
baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida
Everglades.
3. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi
yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal
ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada,
sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah
hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi
kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai
reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman
pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih
hebat.
4. Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk
hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan
telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk
bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitatlamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini.
Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh
kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies
yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Kesehatan manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan
memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal
karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis,
seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit
lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang
sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia
tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria;
persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat.
Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam
dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi
meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang
lebih hangat akan memperbanyak polutan, sporamold dan serbuk
sari.
2.4 Pengendalian Pemanasan Global
Konsumsi total bahan bakar fosil di
dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau
yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global
di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul
sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di
masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi
dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan
penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu
populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara,
seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap
menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari
selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah
sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk
memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon
dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen
karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan
menanam pohonlebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalamkayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak
area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan
kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan
pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini
adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat
dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas
tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke
permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk
mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara
atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satuanjungan pengeboran lepas
pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas
alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat
kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang
karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Pada abad ke-20, energi gas
mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan
bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah
karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida
lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan
batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi
nuklir lebih mengurangi pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir,
walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya,
bahkan tidak melepas karbondioksida sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan
untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth
Summitdi Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi
masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu
perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan
persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum
diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang
persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong
emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini
harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya,Amerika Serikat mengajukan
diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan
emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan
perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa
122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk
berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
2.5 Mengukur Pemanasan Global
Pada awal 1896, para ilmuan
beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer
dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini
dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program
penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel
atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbondioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga
bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu
memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke
waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun
pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu
kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak
memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini
hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuacapada awalnya,
terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan
dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga
panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data
diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan),
serta darisatelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat,
terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang
lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi
benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh
tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan
tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling
panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya
tahun 2001,Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat
Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan
oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga
6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim
secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah
terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah
ini dengan resiko populasi yang sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sebenarnya pemanasan global itu sudah
terjadi sejak tahun 1861, tetapi belum parah seperti sekarang. Itu menunjukan
ada nya peningkatan suhu dari tahun ke tahun, sehingga ada kemungkinan besar
pemanasan global ini akan semakin parah di masa depan.
3.2 Saran
Seperti yang kita tahu, sampai saat
ini tidak ada yang bisa mencegah pemanasan global, tetapi kita sebagai generasi
muda harus berusaha untuk mengurangi jalannya pemanasan global. Dengan hal yang
sangat kecil saja, seperti selalu menggunakan kertas di kedua sisinya, matikan
keran saat menggosok gigi, menggunakan kembali amplop bekas, gunakan baterai
isi ulang, dll.
Daftar Pustaka
http://www.beritaindonesia.co.id
http://www.depkes.go.id
http://id.wikipedia.org
hhtt://www.pyr.ec.gc.ca/ep/airshed/back_CAN_f.htm
2.
Karangan Semi
Ilmiah (Populer)
Karya tulis semi ilmiah merupakan sebuah penulisan yang
menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa
konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang
dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan sebuah penulisan
yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak semiformal
tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena
sering dimasukkan dalam kary tulis ini. Karya tulis semi ilmiah biasanya
digunakan dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Contoh Artikel dengan Ragam Bahasa
Semi Ilmiah :
Ada
Kecelakaan Tunggal, Tol Cawang-Bekasi Macet 14 Km
Jakarta - Kemacetan sepanjang 14
km terjadi di Tol Cikampek dari arah Cawang menuju Bekasi. Kemacetan ini
diakibatkan kecelakaan tunggal yang terjadi di bahu jalan di KM 14.
"Kecelakaan tunggal di tol Cikampek KM 14, terjadi pada sekitar pukul
19.30 WIB. Imbasnya kepadatan terjadi sejak dari Cawang hingga titik
kecelakaan, sepanjang 14 km," ujar petugas Jasamarga Fajar, kepada
detikcom, Jumat (11/10/2013).
Belum ada laporan mengenai jenis kendaraan, kronologis kecelakaan, maupun
korban akibat kecelakaan tunggal tersebut. Fajar melaporkan, jalur sebaliknya
yaitu dari arah Bekasi-Cawang juga mengalami kepadatan dari Cikarang Utama
sampai gerbang Cikunir.
"Karena ada antrean di pintu masuk Cikunir," lanjutnya.
3.
Karangan Non
Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta
pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari,
bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya
bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:
Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
Fakta yang disimpulkan subyektif,
Gaya bahasa konotatif dan populer,
Tidak memuat hipotesis,
Penyajian dibarengi dengan sejarah,
Bersifat imajinatif,
Situasi didramatisir,
Bersifat persuasif.
Tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya
non-ilmiah, yaitu:
Dongeng, Novel, Cerpen, Roman
Contoh Artikel dengan Ragam Bahasa Non
Ilmiah :
Cerpen Sulialine Adelia
Beginilah menjelang senja di jantung kota. Sekelompok remaja nongkrong di atas
motor model terbaru mereka sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Ada juga remaja
atau mereka yang beranjak dewasa duduk berdua-dua, di bangku semen, di atas
sadel motor, atau di trotoar. Anak-anak kecil berlarian sambil disuapi orang
tuanya. Pengamen yang beristirahat setelah seharian bekerja. Dan orang gila
yang tidur di sisi pagar.
Di salah satu bangku kayu panjang, bersisihan dengan remaja yang sedang
bermesraan, Reyna duduk menghadap ke jalan. Hanya duduk. Mengamati kendaraan
atau orang-orang yang melintas. Menunggu senja rebah di hamparan kota.
Tiba-tiba laki-laki itu sudah berada di depannya sambil mengulurkan tangan.
"Apa kabar?" katanya memperlihatkan giginya yang kekuningan. Asap
rokok telah menindas warna putihnya.
"Kamu di sini?" Reyna tak mampu menyembunyikan keterkejutannya.
Segala rasa berpendaran dalam hatinya. Senang, sendu, haru, pilu, yang
kesemuanya membuat Reyna ingin menjatuhkan dirinya dalam peluk lelaki itu.
Begitu juga Mozes, lelaki tua yang berdiri di depan Reyna. Dadanya bergemuruh
hebat mendapati perempuan itu di depan matanya. Ingin ia memeluk, menciumi
perempuan itu seperti dulu, tetapi tak juga dilakukannya.
Hingga Reyna kembali menguasai perasaannya, lalu menggeser duduknya memberi
tempat Mozes di sebelahnya.
"Kaget?" tanya Mozes, duduk di sebelah Reyna.
Reyna tertawa kecil.
"Gimana?" tanya Reyna tak jelas arahnya. "Lama sekali nggak
ketemu."
"Iya. Berapa tahun ya? Dua lima, tiga puluh?"
"Tiga puluh tahun!" jawab Reyna pasti.
"Ouw! Tiga puluh tahun. Dan kamu masih semanis dulu."
"Terima kasih," Reyna tersenyum geli. Masih ’semanis dulu’. Bukankah
itu lucu? Kalaupun masih tampak cantik atau manis itu pasti tinggal sisanya
saja. Kecantikan yang telah terbalut keriput di seluruh tubuhnya. Tapi kalimat
itu tak urung membuat Reyna tersipu. Merasa bangga, tersanjung karenanya.
"Kapan datang?" tanya Reyna. Mulai berani lagi menatap mata lelaki di
sebelahnya.
"Belum seminggu," jawab Mozes.
"Mencariku?" Reyna tersenyum. Sisa genitnya di masa muda.
Mozes tertawa berderai-derai. Lalu katanya pelan, "Aku turut berduka atas
meninggalnya suamimu," tawanya menghilang.
Reyna tak menjawab sepatah pun. Bahkan ucapan terima kasih tidak juga meluncur
dari bibirnya. Ia menerawang ke kejauhan. Detik berikutnya mata Reyna tampak
berlinangan. Goresan luka di sudut hatinya kembali terkoyak. Rasa perih
perlahan datang. Luka lama itu ternyata tak pernah mampu disembuhkannya. Semula
ia menduga luka itu telah pulih, tetapi sore ini, ketika Mozes tiba-tiba muncul
di hadapannya ia sadar luka itu masih ada. Tertoreh dalam di sudut perasaannya.
Reyna dan Mozes. Mozes pekerja film yang bukan saja terampil, tetapi juga
cerdas dan kritis. Reyna pengelola media sebuah perusahaan terkemuka. Mereka
bertemu karena Reyna harus membuat sebuah film sebagai media pencitraan
perusahaannya. Reyna yang istri dan ibu seorang anak, dan Mozes yang duda. Dua
orang muda yang masih segar, bersemangat, dan menawan. Dua orang yang kemudian
saling jatuh cinta.
Reyna hampir saja meninggalkan Braham ketika itu. Ibu muda Reyna merasa
menemukan sampan kecil untuk berlabuh. Meninggalkan malam-malamnya yang kelam
bersama Braham. Pergi mengikuti aliran sungai kecil yang akan mengantarnya ke
dermaga damai tanpa ketakutan, tanpa kesakitan. Berdua Mozes.
Tetapi sampan kecil itu ternyata begitu ringkih. Ia tak mampu menyangga beban
berdua. Ia hanya ingin sesekali singgah, bermesra dan bercinta tanpa harus
mengangkutnya. Mozes tak menginginkan ikatan apa pun antara dirinya dan Reyna.
Ia ingin tetap bebas pergi ke mana pun ia ingin dan kembali kapan ia rindu.
Kebebasan yang tak bisa Reyna terima. Maka sebelum perjalanan dimulai, ia
memutuskan undur diri. Perempuan itu menyadari, bukan laki-laki seperti Mozes
yang ia ingini untuk membebaskan dari derita malam-malamnya. Mozes berbeda
dengan dirinya yang membutuhkan teman seperjalanan, ia hanya mencari ruang
untuk membuang kepedihan dan mencari hiburan. Tak lebih.
"Berapa lama kamu akan tinggal?" tanya Reyna setelah gejolak
perasaannya mereda.
"Entah. Mungkin sebulan, dua bulan, atau mungkin sepanjang sisa
umurku," jawab Mozes, tanpa senyum, tanpa memandang Reyna. "Banyak
hal yang memberati pikiran dan tak bisa kuceritakan pada siapa pun selama
ini."
"Itu sebabnya kamu kemari?"
"Jakarta semakin sesak dan panas. Sementara Jogja masih tetap nyaman buat
berkarya. Jadi kuputuskan kembali," lanjut Mozes tanpa mengacuhkan
pertanyaan Reyna. "Begitu kembali seseorang bilang padaku, kamu sering di
sini sore hari."
"Maka kamu mencariku. Berharap mengulang lagi hubungan dulu."
Mozes menggeleng.
"Atau membangun hubungan baru."
Mozes menggeleng lagi, "Tidak juga. Aku tidak butuh hubungan seperti itu.
Aku hanya butuh teman ngobrol…"
"Teman bermesra, teman bercinta yang bisa kamu datangi dan kamu tinggal
pergi. Tanpa tuntutan, tanpa ikatan!" potong Reyna. "Itu hubungan
yang sejak dulu kamu inginkan bersamaku kan? Seperti sudah kubilang dulu, aku
tidak bisa. Aku sudah memilih."
Kebekuan kembali merejam perasaan kedua orang tua itu. Langit perlahan
kehilangan warna jingga. Satu per satu lampu di sekeliling mulai menyala. Ada
rangkaian lampu-lampu kecil berbentuk bunga di samping tikungan yang menyala
bergantian, hijau, kuning, merah. Ada lampu besar dengan tiang sangat tinggi
yang menyorot ke taman, ada pula lampu berwarna temaram yang semakin
menggumpalkan kesenduan.
Tiga puluh tahun bukan waktu yang sebentar. Terlalu banyak hal terjadi pada
mereka dan sekian lama masing-masing memendam untuk diri sendiri. Mestinya
pertemuan sore itu adalah untuk berbagi cerita bukan justru bertengkar kemudian
saling diam. Atau mungkin karena perpisahan yang terlalu panjang, keduanya tak
tahu apa yang harus diceritakan terlebih dahulu.
Mungkin memang begitu, karena senyatanya Reyna ingin berkata, beberapa tahun
setelah perpisahan mereka ia masih juga mencari kabar tentang Mozes. Hingga
suatu hari, satu setengah tahun setelah mereka tidak bersama seorang teman
mengabarkan bahwa Mozes pulang ke Jakarta. Tak lama setelah itu, ia mendengar
Mozes tengah melanglang buana. Buana yang mana, entah. Reyna merasa tidak perlu
lagi mencari tahu keberadaan laki-laki itu. Meski tak jarang bayangan Mozes
tiba-tiba membangunkan tidurnya atau menyergap ingatannya begitu Braham mulai
menjamah tubuhnya dan membuat Reyna kesakitan tak terkira.
Terdengar Mozes menghela napas. Panjang. Perlahan gumpalan kemarahan yang
menyesaki dada Reyna mereda. Namun hasrat untuk terus ngobrol telah tak ada.
Maka sisa pertemuan itu pun berlalu begitu saja. Kebekuan masih mengental di
antara keduanya. Hingga Reyna minta diri, dan beranjak pergi.
Hari-hari setelah kejadian itu, Reyna tak pernah tampak di depan Vredeburg
lagi. Tetapi Mozes masih sering terlihat di salah satu bangku kayu di sana.
Sendiri di tengah orang-orang muda yang tengah bercanda dan bercinta. Menghisap
rokok kreteknya. Sesekali mengibaskan rambut putihnya yang panjang, tersapu
angin menutup wajah tirusnya.
Begitu perasaan Reyna membaik dan siap bertemu Mozes lagi, ia kembali pada
rutinitasnya, menunggu senja jatuh di Vredeburg. Namun ia harus menelan kecewa
karena Mozes tak dijumpainya. Bahkan telepon genggamnya tak bisa dihubungi.
Suatu sore, di tengah keputusasaan Reyna, seorang teman mendatangi dan
mengulurkan sebuah surat kepadanya. Surat dari Mozes!
"Hari-hari itu dia mencoba menghubungimu, tetapi HP-mu tak pernah
aktif," kata laki-laki itu. "Ginjalnya tak berfungsi, serangan
jantungnya kambuh, tekanan darahnya tidak stabil…"
Reyna tak bisa mendengar lagi penjelasan laki-laki itu. Bahkan ketika si teman
menyerahkan satu dos buku dan tas berisi kamera warisan kekayaan Mozes
untuknya, Reyna belum kembali pada kesadarannya.
Senja beranjak renta. Seperti Reyna merasai dirinya. Sepasang remaja di
sebelahnya telah pergi. Begitu juga sekumpulan anak muda yang nongkrong di atas
motor mereka, mulai menghidupkan mesin kendaraannya. Sisa adzan sayup terdengar
dari Masjid Besar. Sebaris kalimat di surat terakhir Mozes meluncur dalam
gumaman.
…maghrib begitu deras, ada yang terhempas, tapi ada goresan yang tak akan
terkelupas.*
Sumber:
http://nadiachya.blogspot.com/2012/04/perbedaan-antara-karangan-ilmiah-non.html
http://guru-wira.blogspot.com/2013/09/contoh-karya-tulis-ilmiah-dampak.html
http://kumpulan-cerpen.blogspot.com/2005/11/langit-menggelap-di-vredeburg.html
http://news.detik.com/read/2013/10/11/211521/2385067/10/ada-kecelakaan-tunggal-tol-cawang-bekasi-macet-14-km?9911012