Monday, November 4, 2013

Pengertian

Pengertian Diksi, Kalimat Efektif, Dan Kalimat Turunan
dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
1.      Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
  1. Antonim.
    Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
3.      Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
4.      Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
5.      Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
6.      Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
7.      Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8.      Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
Makna Denotasi
Makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.

Contoh :
Adik makan nasi.
Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

Makna Konotasi
Kalau makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Terkadang banyak eksperts linguistik di Indonesia mengatakan bahwa makna konotasi adalah makna kiasan, padahal makna kiasan itu adalah tipe makna figuratif, bukan makna konotasi. Makna Konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian hanya digunakan oleh suatu komunitas tertentu. Misalnya Frase jam tangan.
Contoh:
Pak Slesh adalah seorang pegawai kantoran yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia selalu disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Pada saat rapat kerja, salah satu kolega yang hadir melihat kinerja beliau dan kemudian berkata kepada sesama kolega yang lain “Jam tangan pak Slesh bagus yah”.
Dalam ilustrasi diatas, frase jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti sebenarnya disiplin. Namun makna ini hanya diketahui oleh orang-orang yang bekerja di kantoran atau semacamnya yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh diatas, Jam Tangan memiliki Makna Konotasi Positif karena sifatnya memuji
Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu konotasi positif  merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, dan konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.

1.   Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Kalimat efektif mempunyai empat sifat / ciri, yaitu :
1) Kesatuan (Unity)
2) Kehematan (Economy)
3) Penekanan (Emphasis)
4) Kevariasian (Variety)
1. Kesatuan (Unity)
Kesatuan kalimat bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek - predikat, predikat – objek, dan predikat – keterangan. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai S dan p. Ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh partikel.hal seperti ini hendaknya dihindarkan oleh pemakai kalimat agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.
Contoh ;
1. Bangsa Indonesia menginginkan keamanan, kesejahteraan, dan kedamaian.
2. Kebudayaan daerah adalah milik seluruh bangsa Indonesia
2. Kehematan (Economy)
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu. Sebuah kalimay dikatakan hemat bukan karena jumlah katanya sedikit, sebaliknya dikatakan tidak hemat kerena jumlah katanya terlalu banyak. Yang utama adalah seberapa banyakkah kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, tidak usah menggunakan belasan kata, kalau maksud yang dituju bisa dicapai dengan beberapa kata saja. Oleh karena itu, kata-kata yang tidak perlu bisa dihilangkan. Untuk penghematan kata-kata hal-hal berikut perlu diperhatikan.
a. Mengulang subjek kalimat
b. Hiponim dihindarkan
c. Pemkaian kata depan ‘dari’ dan ‘daripada’.
3. Penekanan (Emphasis)
a. Pemindahan letak Frase
b. Mengulang kata-kata yang sama
Disamping dilakukan dengandua hal yang disebutkan di atas, penekanan / penegasan dapat juga dilakukan dengan :
a. Penegasan dengan Intonasi
b. Penegasan dengan Partikel
c. Penegasan dengan kata keterangan
d. Penegasan dengan Kontras Makna
e. Penegasan dengan Pemindahan Unsur
f. Penegasan dalam bentuk pasif
4. Kevariasian (Variety)
Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dngan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
a. Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan :
1) Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
2) Frase Benda
3) Frase Kerja
4) Partikel Penghubung
Contoh:
a) Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana untuk bertransmigrasi (Frase benda)
b) Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (Frase Kerja)
c) Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase Penghubung)
b. Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek – Predikat – Objek dapat diubah menjadi predikat – objek – Subjek atau yang lainnya.
Contoh :
1) Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S – P- O)
2) Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doketr muda itu. (P – O – S)
3) Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S – O – P)
c. Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.
…………………..Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memamakai bahan baker dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk Tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektifitas, ia memakai kalimat Tanya.
d. Variasi bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh berikut!
a) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapatmenanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlumemupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut!
b) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggubuahnya.
Kalimat-kalimat pada paragaf (a) semuanya berupa kalimat katif, sedangkan pada paragraph (b) berupa kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan, bahwa kalimat-kalimat pada paragraf (a) tidak bervariasi sedangkan paragraf (b) bervariasi, namun hanya variasi aktif – pasif.
KALIMAT TURUNAN
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.

Jenis imbuhan

Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:

1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
    a. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
    b. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan –nya

2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
    a. ber-an dan ber-i
    b. di-kan dan di-i
    c. diper-kan dan diper-i
    d. ke-an dan ke-i
    e. me-kan dan me-i
    f. memper-kan dan memper-i
    g. pe-an dan pe-i
    h. per-an dan per-i
    i. se-nya
    j. ter-kan dan ter-i

3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
    a. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
    b. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.

Awalan me-

Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:

1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh →            meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:

1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

Aturan khusus

Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:

1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)


Kalimat Turunan
Ciri-ciri dari kalimat turunan:
·       Bersusun / majemuk.
·       Tidak sempurna, elips.
·       Berbentuk pertanyaan atau perintah.
·       Bersifat medial, pasif dan negatif.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
http://anisa-jannahunesa.blogspot.com/2008/03/kumpulan-puisi.html
http://herlambangprasetyo.blogspot.com/2011/10/pengertian-diksi-kalimat-efektif.html






No comments:

Post a Comment